Sejarah Marga Purba Simalungun

 

Dalam kebudayaan Simalungun , istilah “Purba” dapat berarti arah timur, salah satu bagian dari delapan arah mata angin (deisah na waluh).  Purba merupakan salah satu dari empat marga besar di Simalungun.

Mengenai asalnya sendiri, ada sejumlah pendapat mengenai tanah asal marga Purba, dalam cerita rakyat Simalungun dulu dikenal seorang tokoh yang bernama Narasi yang diyakini sebagai leluhur awal dari marga Purba yang datang ke tanah Simalungun bersama dengan Narasag (leluhur Saragih) dan Naraga (leluhur Sinaga).  

Mereka berlayar ke Pulau Sumatera tepatnya ke Sumatera Timur, jalur pelayarannya melalui India. Ada 2 lokasi yang diduga menjadi tempat berlabuh dan pintu masuk mereka ke Sumatera Timur, yaitu pesisir Serdang Bedagai dan Asahan sekarang.

Nenek moyang orang Simalungun pada awalnya berdiam di pesisir pantai timur, yang akibat desakan dari etnis Melayu yang datang dari Semenanjung Malaya yang mendesak orang Simalungun untuk menyingkir hingga ke pedalaman hingga mencapai Danau Toba.

Dalam cerita rakyat Simalungun, terdapat dua orang tokoh marga Purba yang cukup dikenal dan terkemuka dalam sejarah yaitu Sangsi Purba dan Purba Aji, mereka merupakan tokoh petualang yang sampai melegenda ke kalangan suku Melayu dan Minangkabau.

Perkembangan Marga Purba

Pada awalnya marga Purba tidak terbagi dan bercabang seperti saat ini, sejumlah cabang ini muncul pasca adanya terjadinya migrasi. Cabang marga Purba Simalungun antara lain : Tua, Tambak, Sigumondrong, Silangit, Sidasuha, Sidadolog, Sidagambir, Siboro, Girsang, Pakpak, Tambun Saribu, Tondang, Tanjung, Sihala, Manorsa.

Sejarah Marga Purba Simalungun

Dalam cerita rakyat Simalungun dikenal juga seorang tokoh bergelar Panglima Bungkuk, tokoh ini kemngkinan besar adalah sosok yang sama dengan Indrawarman yang patungnya masih bisa disaksikan hingga kini di Tanah Jawa, Simalungun.

Indrawarman menyingkir ke pedalaman Simalungun dikarenakan tidak mau tunduk kepada Kerajaan Majapahit dan memilih bergabung dengan penduduk Simalungun yang mendiami tempat tersebut.

Pada sekitar tahun 1350 tentara Majapahit melakukan ekspedisi ke pulau Sumatera untuk mencari dan menghukum Indrawarman, perang pun terjadi antara Indrawarman dan Majapahit, Indrawarman tewas dalam perang tersebut.

Keturunannya yang selamat kemudian pergi ke Haranggaol bersama dengan perpindahan massal golongan marga Purba. Di tempat itu mereka kemudian kembali membangun Kerajaan Silou.

Sejarah Marga Purba Simalungun

Daftar Raja Purba:

1. Tuan Pangultop Ultop 1624-1648

2. Tuan Ranjiman 1648-1669

3. Tuan Nanggaraja 1670-1692

4. Tuan Batiran 1692-1717

5. Tuan Bakkaraja 1718-1738

6. Tuan Baringin 1738-1769

7. Tuan Bona Batu 1769-1780

8. Tuan Raja Ulan 1781-1769

9. Tuan Atian 1800-1825

10. Tuan Horma Bulan 1826-1856

11.Tuan Raondop 1856-1886

12.Tuan Rahalim 1886-1921

13. Tuan Karel Tanjung 1921-1931

14. Tuan Mogang 1933-1947

Salah satu keturunan marga Sibero yang bergelar Pangaltopultop sedang berburu burung di Tungtung Batu, Kabupaten Silima Punggapungga, ketika mengungsi ke Simalungun dan membawa dirinya memasuki wilayah  Tuan Simalobong, salah satu partuanon dari Kerajaan Panei. Karena kepiawaiannya, ia mampu merebut hati masyarakat Simalobong saat terjadi bencana kelaparan, sehingga masyarakat secara spontan memanggilnya Raja. Hal ini menyebabkan Tuan Simalobong cemburu dikarenakan ia merasa hanya ia yang berhak akan titel tersebut.

Sejarah Marga Purba Simalungun

Pangultopultop kemudian berurusan dengan pihak istana dan dihadapkan langsung dengan Tuan Simalobong, hasilnya diadakan adu sumpah dari kejadian itu antara keduanya. Hal itu berhasil dimenangkan oleh Pangultopultop. Kepemimpinan yang baru kemudian jatuh ke tangannya, ia lalu mendirikan kerajaan Purba di pada bekas wilayah kekuasaan Tuan Simalobong yang berkuasa sebelumya. Ia lalu menamakan kerajaan itu dengan kerajaan Purba dan mengidentifikasi dirinya dengan sebutan Purba Pakpak.

 

 

Posting Komentar

0 Komentar