Dayok Nabinatur, Makanan Adat Batak Penuh Petuah

 


Sumatera Utara menduduki posisi keempat sebagai jumlah penduduk terbanyak di Indonesia, memiliki warisan kuliner yang beragam, dari  tradisional hingga kontemporer. Daerah Simalungun dengan makanan tradisionalnya, Dayok Nabinatur, tidak terkecuali. Hidangan ini sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.

Dayok berarti ayam dalam bahasa Simalungun dan Nabinatur berarti berjajar. Dayok nabinatur adalah masakan yang terbuat dari  ayam dan bumbu dari getah batang  pohon (horat) contohnya pohon sikkam. Setelah itu, presentasi diadakan secara teratur.

Masyarakat Simalungun secara turun-temurun mewariskan hidangan ini dari generasi ke generasi. Oleh karena itu tidak heran jika masyarakat Simalungun yang merntau masih memahami proses pembuatan dan penyajian Nabinatur Dayok. Mereka juga memahami implikasi makna filosofis dari nasihatnya.

Pada masa Kerajaan Simalungun, ini adalah hidangan yang hanya disajikan untuk raja dan bangsawan. Juru masak yang menyiapkannya juga harus laki-laki. Namun, seiring berjalannya waktu, semua kalangan  bisa menikmati kaum wanita juga bisa ikut campur dalam pembuatannya. Masakan ini juga sering terlihat di acara-acara  penting keluarga seperti pesta ulang tahun, wisuda, penerimaan pekerjaan,  dan jalan-jalan ke luar negeri bersama anak-anak. Pada acara-acara keagamaan di gereja-gereja, ini juga disajikan sebagai kelezatan kuliner.

Pemilihan Bahan Dasar Ayam Kampung Jantan

Bukan tanpa alasan masyarakat Simalungun memilih ayam sebagai bahan dasar masakan tradisional mereka. Karena mereka percaya ayam memiliki khasiat yang sangat baik. Makna filosofis  sifat ayam dapat dijadikan sebagai model bagi manusia.

Misalnya, ayam dengan rela gigih dan tidak terburu-buru saat mengerami telurnya. Hal ini menunjukkan kegigihan ayam betina dalam mencapai tujuannya yaitu berhasil mengerami telurnya. Bahkan setelah menetas, ayam melindungi anak-anaknya dengan sayapnya. Ayam juga dilatih untuk berkokok pada waktu yang sama setiap pagi, terlepas dari musim atau cuaca.

Ayam jantan biasanya dipilih untuk dijadikan sebagai Dayok Nabinatur. Hal ini karena masyarakat Simalungun percaya bahwa ayam jago melambangkan keberanian, kekuatan, kerja keras, ketangguhan, pantang menyerah dan semangat. Pemilihan pemilihan bahan dasar sudah bisa menyesuaikan keinginannya.

Pengolahan dan Penyajian 


Saat memotong ayam, anatomi ayam harus diperhatikan dan dagingnya tidak boleh tertutup, meski dalam keadaan utuh.

Ayam tersebut kemudian diproses melalui dua proses pemasakan: pemanggangan dan digulai. Juru masak tidak bisa mencicipinya saat dimasak.

Penampakan Dayok Binatur harus disajikan secara sistematis menurut aturan adat. Harapan akan kehidupan yang tertib, bersatu dan harmonis dan saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya.

Masing-masing potongan ayam disajikan di atas nampan atau piring. Penataannya teratur dan menyerupai ayam ketika masih hidup. Di masyarakat Simalungun, ada 10 potong ayam di Nabinatur Doyok yang disebut Gori.

Petuah dan Makna Filosofis

Masyarakat Simalungun percaya bahwa Dayok Nabintur bisa menjadi sarana membawa berkah. Secara filosofis, mereka yang menikmati Dayok Nabinatura diberkati dan menemukan keteraturan dalam hidupnya.

orang tua juga menyertai doa-doa dan nasihat saat menyerahkan dayok nabinatur. Makna petuah tersebut sangat berharga, baik dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.



Posting Komentar

0 Komentar