Sejarah Marga Siregar

Adakah diantara sahabat yang marga siregar ? apakah anda tahu silsilah marga siregar ?. Jika anda belum tahu, maka anda sangat beruntung bisa membaca artikel sejarah marga Siregar ini. Sembari membaca artikel ini, kamu juga dapat mendengarkan lagu chord satu rasa cinta untuk menemani kamu.

Siregar adalah anak bungsu dari 9 bersaudara yang terdiri dari 7 laki – laki dan 2 perempuan, anak keturunan dari Si Raja Lontung dan istrinya Si Raja Pareme.

Tarombo Marga Siregar

Marga Siregar merupakan generasi keempat setelah Si Raja Batak. Diceritakan dalam buku Pustaha Batak Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak karya WM.Hutagalung bahwa si Raja Batak memiliki dua orang anak, yaitu Guru Tateabulan dan Raja Isumbaon.

Guru Tateabulan memiliki lima orang anak laki-laki dan empat orang anak perempuan, yaitu sebagai berikut:

A. Anak laki-laki

  1. Raja Biakbiak
  2. Tuan Saribu Raja, Margoar hunut Ompu Rajadoli
  3. Limbongmulana
  4. Sagalaraja
  5. Silauraja (Malauraja)

B. Anak Perempuan

  1. B. Si Boruparomas (si Boruanting-antingsabungan)
  2. Si Borupareme
  3. Si Borubidinglaut
  4. Nan Tinjo

Sariburaja memiliki tiga orang anak dari istri yang berbeda, yaitu sebagai berikut:

  1. Ina I lahir Raja Lontung
  2. Ina II lahir Raja Borbor
  3. Ina III na ginoaran ni halak tubu ni babiat

Si Raja Lontung kemudian menikah dengan Si Borupareme dan dikarunia tujuh orang anak laki dan dua orang anak perempuan, yaitu sebagai berikut:

A. Anak Laki-laki

  1. Situmorang
  2. Toga Sinaga
  3. Toga Pandiangan
  4. Toga Nainggolan
  5. Simatupang
  6. Siregar
  7. Aritonang

B. Anak Perempuan

  1. Si Boruamakpandan
  2. Si Borupanggabean

Setelah generasi Siregar kemudian dijadikan sebagai sebuah marga/klan. Diceritakan di buku Pustaha Batak Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak tersebut bahwa Siregar memiliki empat orang anak, yaitu sebagai berikut:

  1. Silo
  2. Dongoran
  3. Silali
  4. Siagian

Keturunan Silo kemudian menyebut dirinya bermarga Silo. Keturunan Dongoran juga kemudian menyebut dirinya bermarga Dongoran, demikian juga dengan keturunan Siagian yang menyebut dirinya bermarga Siagian. Berbeda dengan Silali tidak menyebut keturunannya dengan marga Silali. Silali memiliki seorang anak laki-laki yang bernama Sapiaklangit. Kemudian Sapiak langit memiliki dua orang anak laki-laki bernama Ritonga dengan Sormin. Keturunan Ritonga dengan Sormin kemudian menyebut dirinya bermarga Ritonga dan Sormin.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Siregar dibagi menjadi lima bagian, yaitu:

  1. Siregar Silo
  2. Siregar Dongoran
  3. Siregar Siagian
  4. Siregar Ritonga, dan
  5. Siregar Sormin.

Tentang pembagian marga Siregar, Mangaradja Onggang Parlindungan (MOP) dalam bukunya yang berjudul Tuanku Rao menjelaskan Raja Parlindungan Siregar telah mereorganisasi marga Siregar menjadi delapan bagian di Pinarung/Pangaribuan sebelum bermigrasi keberbagai daerah. Kedelapan bagian tersebut adalah sebagi berikut:

  1. Siregar Salak (yang Sulung)
  2. Siregar Dongoran
  3. Siregar Ritonga
  4. Siregar Baumi
  5. Siregar Pahu
  6. Siregar Ri
  7. Siregar Sormin
  8. Siregar Siagian (yang Bungsu)

Dijelaskan lebih lanjut dalam buku tersebut bahwa dari ke delapan bagian marga Siregar tersebut yang tetap tinggal di Pinarung/Pangaribuan hanyalah Siregar Sormin. Karena dianggap paling baik hubungannya daerah tersebut. Raja Parlindungan sendiri lebih memilih untuk mendampingi Siregar Siagian (yang Bungsu) bermigrasi ke daerah Batang Toru.

Selain berbeda pendapat tentang pembagian marga Siregar, Mangaradja Onggang Parlindungan (MOP) juga memiliki pendapat yang berbeda dengan WM.Hutagalung tentang tata urutan anak Toga Lontung. Menurut Mangaradja Onggang Parlindungan (MOP), urutan anak laki-laki Toga Lontung adalah sebagai berikut:

  1. Situmorang
  2. Sinaga
  3. Nainggolan
  4. Pandiangan
  5. Simatupang
  6. Aritonang
  7. Siregar

Jadi Siregar merupakan anak paling bungsu dari Toga Lontung. Kemudian yang bersatus sebagai anak boru adalah marga Panggabean dan Pandan.

Penyebaran Marga siregar

Pada awalnya, Si Raja Lontung bermukim di Desa Banuaraja yang terletak diperbukitan diatas desa Sabulan, persis dipinggiran Danau Toba, bersebrangan dengan Panguruan di Pulo Samosir. Suatu ketika terjadilah banjir besar yang melanda desa Banuaraja dan Sabulan, sehingga anak keturunan Si Raja Lontung terpaksa mengungsi, yaitu Sinaga dan Pandiangan ke Urat – Samosir, Nainggolan ke Nainggolan – Samosir, Simatupang dan Aritonang ke Pulau Sibandang, dan Siregar ke Aeknalas – Sigaol, namun Situmorang hanya sampai di Sabulan. Suatu saat Aritonang memanggil adiknya Siregar dari Aeknalas – Sigaol ke desa Aritonang di Muara, yang kemudian menetap dan beranak pinak disitu, Selanjutnya dari Desa Aritonang lah marga siregar menyebar kesekitar Muara

Konon pada suatu masa, kemarau panjang melanda Muara yang mengakibatkan gagal panen sehingga sebagian keturunan Marga Siregar berpindah lagi menuju kearah Siborongborong – Humbang dan langsung membangun kampung disana yang diberi nama Lobu Siregar.

Kemudian untuk mencari kehidupan yang lebih baik, dari sini mereka berangkat lagi menjelajah ke arah Pangaribuan dan selanjutnya sebagian menuju ke desa Sibatangkayu. Setelah bermukim beberapa lama, dari sini mereka berangkat lagi menjelajah ke Bungabondar sampai ke Sipirok – Tapanuli Selatan.

Mendengar saudara – saudaranya berhasil diperantauan, sebagian keturunan Marga Siregar yang tadinya masih tinggal di Muara berangkat menuju Tarutung – Silindung dan mendirikan kampung yang diberi nama Desa Simarlala Pansurnapitu.

Dari desa tersebut mereka menjelajah lagi menuju Pantis - Pahae dan beranak pinak disana. Kemudian salah satu keturunan Marga Siregar yang dari Pantis ini menjelajah lagi dan mendirikan kampung di Onanhasang yang masih disekitar Pahae. Dari Onanhasang keturunannya merantau lagi dan mendirikan kampung di Simangumban dan Bulupayung.

Demikianlah perjalanan panjang perantauan Marga Siregar mulai dari Banuaraja - Sabulan di Kecamatan Pangururan menyebar sampai kedaerah Muara, Humbang, Pangururan, Bungabondar, Sipirok, Pahae, Simangumban dan Bulupayung. Dalam hal ini, sekalipun ada yang berpindah lagi, namun disetiap perkampungan yang dibuat selalu ada keturunannya yang ditinggalkan disana, berkembang beranak pinak serta memiliki tanah, desa atau “HUTA”. Itulah sebabnya kenapa masing - masing keturunan Marga Siregar mengatakan bahwa asal muasalnya adalah dari tempat - tempat tersebut, Namun kini sudah menjadi jelas bagi Toga Siregar dari mana asal muasal aslinya.


Siregar masuk marga apa ??

Dengan penjelasan diatas sahabat tidak bingung lagi untuk menjawab marga siregar masuk marga apa aja. Semoga artikel bisa membantu sahabat untuk mengetahui sejarah dan tarombo marga siregar. Kamu juga dapat mengetahui lagu terbaru yang lagi viral saat ini yaitu lagu chord buih jadi permadani, semoga bermanfaat ya sobat, terimakasih.

Posting Komentar

0 Komentar