4 Kebiasaan Suku Batak yang Hanya Dapat Ditemukan di Sumatera Utara

 


Sebagai negara yang multikultural, Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Setiap suku bangsa ini memiliki bahasa, budaya dan adat istiadatnya masing-masing yang berbeda satu sama lain. Suku bangsa yang mendominasi wilayah Indonesia antara lain Jawa, Batak, dan Melayu.

Suku Batak adalah salah satu suku terbesar di Indonesia. Batak adalah kelompok suku yang mendiami sebagian besar wilayah Sumatera Utara. Beberapa suku bangsa yang tergolong Batak adalah Toba, Karo, Pakpak, Simalungun, Angkola dan Mandailing.

Suku Batak adalah suku yang cukup dikenal karena suku ini memiliki bahasa, budaya dan adat mereka sendiri yang sangat unik. Berikut adalah empat adat Batak yang hanya ditemukan di Sumatera Utara.

1. Tarian Patung Sigale-gale

Tarian Sigale-gale adalah tarian yang dibawakan oleh boneka kayu yang dipahat menjadi bentuk menyerupai manusia dengan mengenakan pakaian adat Batak. Boneka Sigale-gale ini digerakkan oleh manusia di belakangnya. 

Menurut legenda Batak, Sigale-gale adalah satu-satunya putra kesayangan Raja Rahat yang meninggal karena sakit. Raja RAhat sangat sedih sehingga dia membuat boneka kayu menyerupai Sigale-gale untuk meredakan kesedihannya.

Untuk membuat boneka Sigale-gale bergerak dan menari mengikuti alunan musik, perlu dilakukan ritual untuk memanggil roh Sigale-gale dalam kepercayaan masyarakat Batak. Tarian Sigale-gale kini menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Sumatera Utara.

2. Lompat Batu


Lompat Batu yang juga dikenal sebagai Hombo Batu berasal desa Bawomataluo Nias, Kabupaten Nias Selatan. Desa ini terkenal dengan reruntuhan megalitik atau batu besar berukirnya dan di dalamnya terdapat rumah adat Nias, Omo Hada. 

Tradisi ini merupakan ritual wajib bagi laki-laki sebagai simbol kedewasaan. Semua pria yang akan menikah harus bisa melompati batu setinggi 2 meter melalui batu kecil sebagai pijakan.

3. Mangokkal Holi


Bagi masyarakat Batak, Mangokkal Holi berarti mengeluarkan tulang belulang leluhur dari kubur dan memasukkannya ke dalam peti mati dan menempatkannya dalam sebuah tugu khusus. Inti dan tujuan dari tradisi ini adalah untuk melestarikan garis keturunan marga dan menunjukkan eksistensi dan taraf hidup keluarga yang menjalankannya. 

Suku Batak percaya dengan menempatkan bagian tubuh leluhur ke dalam tugu merupakan simbol bahwa mereka tidak pernah lupa dengan leluhurnya. Tradisi Mangokkal Holi berlanjut selama beberapa hari dengan memotong beberapa hewan ternak.

4. Kenduri Laut


Tradisi Kenduri Laut dimulai di Tapanuli Tengah dan diadakan setahun sekali pada bulan Oktober. Kenduri Laut digelar secara seremonial dengan partisipasi seluruh elemen dari 11 kecamatan di Tapanuli Tengah. Kenduri Laut dimulai pada malam hari dan berlangsung hingga siang hari. Tradisi ini merupakan bukti rasa terima kasih masyarakat Batak Tapanuli Tengah atas limpahan hasil laut dan hasil pertanian.

Posting Komentar

0 Komentar